Media Massa adalah suatu media yang ditujukan untuk
menyampaikan informasi kepada masyarakat secara luas. Media massa memiliki 4
fungsi utama (menurut UU No.40/1999 tentang Pers), yaitu untuk menghibur (entertain),
mengedukasi (educate), memberi informasi (inform),
dan pengawasan sosial (social control).
Keempat fungsi media massa tersebut harusnya seimbang. Namun pada kenyataannya
tidak demikian. Kita ambil contoh langsung di Indonesia.
Saya ambil contoh dari media massa yang semua kalangan masyarakat dapat
memilikinya, televisi. Dari daftar rating program TV tertinggi di Indonesia
versi @rating_TV (update Agustus 2018), pada tingkat 20 tertinggi, semua
diduduki oleh program sinetron dan hiburan. Ini artinya, masyarakat Indonesia
sangat senang dengan program hiburan. Melihat akan hal ini, para pelaku pembuat
media sosial menggunakan kesempatan ini untuk memperoleh keuntungan. Mereka
memperbanyak konten hiburan masyarakat di media massa. Entah itu baik maupun
buruk, selama masyarakat senang, menurut pelaku media massa tidak akan apa-apa.
Pelaku media massa juga tidak perlu repot-repot untuk memikirkan program lain
karena masyarakat lebih suka dengan program hiburan.
Pada akhirnya, terjadi ketidak seimbangan fungsi media massa. Media massa yang
ada di Indonesia terlalu berbobot di fungsi hiburan. Adapun program TV atau
radio yang memiliki fungsi edukasi dan informasi, rating program-program itu
kalah jauh dibanding dengan program hiburan. Akhirnya, pada pelaku media massa
hanya dengan memberikan program hiburan, mereka bisa mendapatkan hati para
pengguna media massa. Tidak perlu berpikir banyak-banyak tentang jenis program
lainnya. Sehingga, media massa di Indonesia memiliki paham pragmatisme.
Paham pragmatisme merupakan paham yang sangat bertentangan dengan paham
idealisme. Bila paham idealisme merupakan paham dimana ada sebuah cita-cita
yang sangat tinggi sehingga perlu proses untuk mencapainya, paham pragmatis
merupakan paham dimana ada sebuah manfaat dari sesuatu yang bisa dilakukan
secara praktis.
Meskipun program-program televisi dan radio dikuasai oleh program hiburan,
dilihat dari sisi idealisme, sebagian kecil pelaku media massa mulai ingin
mengubah cara berpikir masyarakat Indonesia dengan memberi program-program yang
berkualitas dan berbeda dari sebelumnya. Hanya saja jumlahnya masih sedikit dan
rating untuk program-program tersebut
juga kecil.
Jujur, saya merasa prihatin akan media massa di Indonesia yang lebih
mengarah ke paham pragmatis. Namun memang kenyataannya seperti itu. Kesimpulannya,
masyarakat lebih suka akan program-program yang menghibur yang membuat para
pelaku media massa lebih fokus untuk pembuatan program hiburan saja sehingga
media massa di Indonesia dikatakan memiliki paham pragmatis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar